Tampilkan postingan dengan label pakan ayam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pakan ayam. Tampilkan semua postingan

Rabu, 09 April 2014

Pemeliharaan Ayam Pedaging

BAB I
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang
Memasuki abad ke-21 yang merupakan era globalisasi, sektor peternakan menghadapi  tantangan yang lebih besar karena dari sisi kualitas maupun kuantitas, produksi peternakan yang dihasilkan harus mampu bersaing di pasar domestik maupun internasonal, untuk itu pemerintah membuat kebijakan-kebijakan di sektor peternakan. Salah satu kebijakkan pemerintah dalam sub sektor peternakan di Indonesia adalah diterbitkannya S.K. Mentri Pertanian No.326/KPTS/TN/120/1990, tentang ketentuan dan tata cara pemberian ijin dan pendaftaran peternakan di Indonesia.
Selain kebijakan pemerintah yang di buat oleh pemerintah, usaha  untuk meningkatkan sub sektor di bidang peternakan pelu diimbangi oleh pengetahuan peternak dalam mengelola usaha di bidang peternakan. Saat ini, peternak cukup jeli dalam menentukan jenis usaha peternakan yang masih mempunyai peluang besar jika dilihat dari segi ekonomisnya. Salah satunya adalah peluang usaha dalam peternakan unggas, misalnya ayam pedaging.
Menurut AAK (1996), ayam pedaging adalah jenis ayam jantan maupun ayam betina muda yang berumur sekitar 5 - 7 minggu, yang dipelihara secara intensif guna memperoleh produksi daging yang optimal.



Secara genetik, ayam pedaging sengaja diciptakan sedemikian rupa sehingga dalam waktu yang relatif singkat dapat segera dimanfaatkan hasilnya.
Ayam pedaging ini memiliki sifat - sifat baik, antara lain adalah:
1.      Dagingnya empuk, kulitnya licin dan lunak, sedangkan tulang rawan dada belum membentuk tulang yang keras.
2.      Ukuran badan besar dengan lingkar dada lebar, padat dan berisi.
3.      Efisiensi terhadap makanan cukup tinggi dan sebagian besar dari makanan yang dikonsumsi diubah menjadi daging.
4.      Pertumbuhan atau pertambahan berat badan cukup cepat.
            Widyastuti (2000) menyatakan bahwa produktivitas ayam pedaging di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini di sebabkan antara lain jumlah ternak yang dipelihara, kurangnya pemanfaatan sumberdaya, rendahnya kualitas bibit, rendahnya keterampilan peternak dalam mengelola ternak termasuk pengendalian hama penyakit, faktor pakan yang dapat menghambat usaha peternakan. Di sisi lain, permintaan akan hasil ternak yang meliputi daging, telur, susu, dan hasil olahannya yang terus meningkat seiring dengan semakain meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi. Usaha ayam pedaging meskipun tidak harus dalam skala besar, dapat menambah pendapatan peternak atau minimal dapat memenuhi kebutuhan keluarga akan protein.
  
Manajemen yang baik sangat penting dalam menjalankan usaha peternakan ayam pedaging. Manajemen atau tata laksana berfungsi untuk mengendalikan semua aktifitas di peternakan seacara terpadu dan singkron guna mencari keuntungan (Rasyaf, 1995).
Kegiatan manajemen oleh Indarto, dkk (1990) di bagi menjadi dua kelompok kegiatan, yang pertama yaitu: kegiatan manajemen yang penting untuk unggas meliputi pemberian alas, pakan dan kegiatan yang bersangkut - paut dengan kesehatan unggas dan kedua yaitu: bersangkut - paut secara langsung terhadap keberhasilan usaha peternakan, juga secara tidak langsung terhadap unggas yakni: bibit, pakan, dan minum, perkandangan dan pencegahan penyakit, proses penyiapan dan pemasaran hasil produksi dan evaluasi hasil usaha peternakan ayam pedaging.
1.2     Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka permasalahan yang diketahui dan diamati dalam pelaksanaan PKL di peternakan ayam pedaging milik Bapak Simon Petrus ini adalah: Bagaimana manajemen pemeliharaan ayam pedaging di peternakan milik Bapak Simon Petrus di Desa Ensalang, Kecamatan Sekadau Hilir, Kab. Sekadau, Provinsi Kalimantan Barat. Meliputi; bibit, sistem perkandangan, penanganan kesehatan, pemberian pakan dan minum, serta bagaimana penanganan pasca panen?



1.3    Tujuan
            Praktek Kerja Lapang ini bertujuan:
1.      Untuk mengetahui manajemen pemeliharaan ayam pedaging di peternakan milik Bapak Simon Petrus di Desa Ensalang, kec. Sekadau Hilir, Kab. Sekadau yang meliputi; bibit, sistem perkandangan, penanganan kesehatan, pemberian pakan dan minum serta penanganan pasca panen dan menganalisis kenyataan di lapangan dan membandingkan dengan teori.

1.4    Manfaat

Mafaat yang diperoleh dari pelaksanaan PKL ini diharapkan menjadi sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menentukan pola tata laksan pemeliharaan ayam pedaging secara benar serta diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi peternak.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1           Bibit
Ayam pedaging merupakan hasil persilangan dan sistem seleksi yang berkelanjutan dari bangsa - bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi sehingga mutu genetiknya bisa dikatakan baik. Sebagai hasil genetika bangsa yang berlangsung sangat lama, ayam pedaging menuntut beberapa persyaratan antara lain:
1.      Membutuhkan kondisi lingkungan tertentu, dan sangat responsif terhadap perubahan beberapa parameter lingkungan
2.      Pengelolaan yang tepat terhadap produk akhir
3.      Sangat responsif terhadap perubahan perlakuan (Abidin, 2002).
Menurut AAK (1986) faktor yang mempengaruhi pendapatan pada usaha ternak ayam pedaging adalah bibit dan mortalitas. Bibit merupakan jumlah seluruh anak ayam yang dibeli dan dipelihara. Mortalitas merupakan keseluruhan kematian yang terjadi dalam pemeliharaan ayam pedaging.
Berbagai macam starin ayam pedaging telah banyak beredar di pasaran sehingga peternak tidak perlu risau dalam menentukan pilihannya, sebab seluruh strain yang telah beredar memiliki sama daya produktivitas relatif sama halnya dengan artinya, jikalaupun terdapat perbedaan, tidak terlalu menyolok dengan kata lain kemungkinan sangat kecil sekali.
Adapun strain ayam pedaging yang banyak beredar di pasaran diantaranya, yakni: A.A 70, Arbor arcres, Brahma, Bromo, Cornish, CP 707, Euribrid, Hybro, hypeco-Broiler, Goto, Hubbard, hayline, H & N, Indian river, ISA, Kim cross, Langshans, Lohman 202, Marshal “m”, Missouri, Pilch, Ross, Shaver Starbro, Super 77, Sussex, Tatum, Tegel 70, Vdett, Yabro (Anonimous, 2003).
2.2   Perkandangan
            Persyaratan perkandangan yang harus dipenuhi oleh peternak antara lain:
1.      Lokasi kandang harus jauh dari keramaian atau pemukiman penduduk
2.      Lokasi mudah di jangkau dari pusat pemasaran
3.      Sirkulasi udara baik, dan mendapatkan cahaya matahari yang cukup
4.      Lokasi kandang dekat dengan sumber air, serta aman dari gangguan binatang predator (Anonimous, 2007)
Lokasi terpilih bersifat menetap artinya tidak mudah terganggu oleh keperluan lain selain untuk peternakan (Anonimous, 2007).
Menurut Supriyatna (2005) penggunaan kandang harus disesuaikan dengan kapasitas tampungnya. Populasi yang terlalu padat akan mengakibatkan ayam menderita cekaman, sehingga berdampak pada penurunan laju pertumbuhan dan produksi. Sebaliknya, populasi yang terlalu rendah mengakibatkan efisiensi penggunaan kandang rendah.



Sedangkan menurut Fadillah (2007) untuk mencapai fungsi kandang yang efisien, pembangunan kandang harus memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
1.        Lokasi yang strategis
2.        Konsruksi kandang yang meliputi aspek ekonomi dan ukuran kandang
3.        Sistem perkandangan
Sistem perkandangan yang ideal untuk ayam pedaging meliputi persyaratan, meliputi temperatur kandang berkisar antara 25-320C, sedangkan kelembaban kandang berkisar antara 60-70%, penerangan atau pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi yang cukup dan tidak melawan arah angin kencang. Model kandang harus disesuaikan dengan umur, umur 1-4 minggu dapat menggunakan kandang box yang dapat dibesarkan secara periodik sesuai dengan pertambahan umur, untuk ayam pedaging dewasa dapat menggunakan kandang baterai atau postal.
Tabel 1: Kepadatan Ayam Berdasarkan Berat Panen (Kandang Terbuka)
Berat
Kepadatan (ekor/m2)
0.80 - 0.99
11.0 - 11.1
1.00 - 1.19
10.0 - 10.5
1.20 - 1.39
9.0 - 9.5
1.40 - 1.59
8.0 - 8.5
1.60 - 1.89
7.5 - 8.0
> 1.90
7.0 - 7.5
Sumber: Anonimous, 2007.
Kepadatan kandang ayam pedaging, Standar caring capasity, kelayakan kandang berdasarkan berat panen, kebutuhan kandang sesuai populasi ayam pedaging, kunci pemeliharaan ayam pedaging berdasarkan kepadatan ayam.
4.        Peralatan Kandang
            Peralatan kandang yang digunakan untuk menunjang pemeliharaan ayam pedaging yakni meliputi:
  1. Alas kandang atau litter yang harus dalam keadaan kering dan ketebalan 10 cm, bahan alas kandang menggunakan sekam atau serutan kayu.
  2. Indukan atau Brooder, alat ini berbentuk bundar atau persegi empat, dengan areal jangkauan 1 - 3 m, berbahan bakar minyak tanah maupun menggunakan gas LPG sebagai sumber energi, berfungsi untuk menghangatkan DOC pada saat malam dan dikala hujan turun disiang hari.
  3. Tempat pakan dan minum
Tempat pakan terbuat dari bahan yang kuat, tidak bocor, dan tidak mudah berkarat. Dimana pada peternakan milik Bapak Simon Petrus, menggunakan wadah pakan dan minum untuk fase grower finisher berjumlah 80 buah.



2.3  Pakan
Ayam pedaging modern terseleksi untuk menghasilkan jumlah daging yang semakin banyak setiap generasinya. Nutrisi untuk ayam pedaging harus disusun dengan tepat, persyaratan nutrisi yang di gunakan dalam pakan khususnya untuk periode starter bukan hanya bertujuan untuk mengetahui biaya produksi pakan, namun juga untuk mengetahui biaya produksi pakan, namun juga mengarah pada jumlah daging ayam yang dihasilkan. Pastikan bahwa pakn disusun dengan benar dan tidak ada defisiensi dalam penambahan bahan - bahn. Kekurangan kandungan garam dalam pakan akan memberikan efek yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan pencapaian hasil keseluruhan (Anonimous, 2008).
Menurut Utun (2012) teknis pemeliharaan dan kebutuhan ayam pedaging terdapat fase – fase kebutuhan pakan ayam pedaging sebagai berikut:
a)      Fase pertama hari ke 1 – 7
            DOC dipindahkan ke indukan atau pemanas, segera diberi air minum hangat yang ditambah vitamin untuk daya tahan DOC dan gula untuk mengganti energi yang hilang selama transportasi. 
Pakan dapat diberikan dengan kebutuhan per ekor 13 gr atau 1,3 kg untuk 100 ekor ayam. Jumlah tersebut adalah kebutuhan minimal, pada prakteknya pemberian tidak dibatasi. Pakan yang diberikan pada awal pemeliharaan berbentuk butiran-butiran kecil. Lakukan vaksinasi yang pertama pada hari ke - 4.



b)      Fase kedua hari ke 8 – 14
            Kebutuhan pakan untuk minggu kedua adalah 33 gr per ekor atau 3,3 kg untuk 100 ekor ayam. Pemeliharaan minggu kedua masih memerlukan pengawasan seperti minggu pertama, meskipun lebih ringan. Pemanas sudah bisa dikurangi suhunya. 
c)      Fase Ketiga hari ke 15 – 21
            Kebutuhan pakan adalah 48 gr per ekor atau 4,8 kg untuk 100 ekor. Pada umur 21 hari dilakukan vaksinasi yang kedua melalui suntikan atau air minum. Pemanas sudah dapat dimatikan terutama pada siang hari yang terik. Jika menggunakan air minum, sebaiknya ayam tidak diberi air minum untuk beberapa saat lebih dahulu, agar ayam benar-benar merasa haus sehingga akan meminum air mengandung vaksin sebanyak - banyaknya.
d)      Fase Keempat hari ke 22 – 28
            Kebutuhan pakan adalah 65 gr per ekor atau 6,5 kg untuk 100 ekor ayam. Pemanas sudah tidak diperlukan lagi pada siang hari karena bulu ayam sudah lebat. Pada umur 28 hari, dilakukan sampling berat badan untuk mengontrol tingkat pertumbuhan ayam. Pertumbuhan yang normal mempunyai berat badan minimal 1,25 kg. Kontrol terhadap ayam juga harus ditingkatkan karena pada umur ini ayam mulai rentan terhadap penyakit.



e)      Fase Kelima hari ke 29 – 35
            Kebutuhan pakan adalah 88 gr per ekor atau 8,8 kg untuk 100 ekor ayam. Pada minggu ini, yang perlu diperhatikan adalah tatalaksana lantai kandang. Karena jumlah kotoran yang dikeluarkan sudah tinggi, perlu dilakukan pengadukan dan penambahan alas lantai untuk menjaga lantai tetap kering. Pada umur 35 hari juga dilakukan sampling penimbangan ayam. Bobot badan dengan pertumbuhan baik mencapai 1,8 - 2 kg. Dengan bobot tersebut, ayam sudah dapat dipanen.
f)        Fase Keenam hari ke 36 – 42
            Jika ingin diperpanjang untuk mendapatkan bobot yang lebih tinggi, maka kontrol terhadap ayam dan lantai kandang tetap harus dilakukan. Pada umur ini dengan pertumbuhan yang baik, ayam sudah mencapai bobot 2,25 kg.



Tabel 2: Standar Bobot Badan, Konsumsi Ransum Dan Konversi Ransum.
Hari ke
Minggu
Konsumsi
I
II
III
IV
V
VI
1
1,0
3,5
6,0
8,0
11,0
14,0
2
1,0
3,5
6,0
8,0
11,0
14,0
3
1,5
4,0
6,0
9,0
12,0
14,0
4
1,5
4,0
6,0
9,0
12,0
15,0
5
2,0
5,0
7,0
9,0
13,0
15,0
6
2,5
5,0
7,0
10,0
13,0
15,0
7
2,5
5,0
7,0
10,0
13,0
15.0
Jumlah
12,0
30,0
45,0
63,0
85,0
102
Kumulatif
12,0
42,0
87,0
150
235
337
Bobot (gr)
120
320
600
870
1312
1755
Konversi Pakan
1,0
1,31
1,45
1,72
1,79
1,92
Sumber: Anonimous, 2009.

Contoh:
Diketahui ayam yang di panen 1000 ekor, berat rata-rata 2 kg, berat pakan selama pemeliharaan 3125 kg, maka FCR – nya adalah:
Berat total ayam hasil panen = 1000 X 2 = 2000 kg
FCR = 3125 : 2000 = 1,6
            Semakin rendah angka FCR, semakin baik kualitas pakan, karena lebih efisien (dengan pakan sedikit menghasilkan bobot badan yang tinggi) (Anonimous, 2013)
2.4  Konversi Ransum.
            Menurut Rasyaf (2008), konversi ransum merupakan pembagian antara berat badan yang dicapai dengan minggu berlangsung dengan konsumsi pada minggu tersebut. Bila rasio yang dihasilkan kecil, berarti pertambahan berat badan memuaskan peternak, rasio yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan rasio pada standar. Konversi ransum inilah yang sebaiknya digunakan sebagai pegangan berproduksi karena sekaligus melibatkan berat badan dan konsumsi ransum, dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Beberapa Pegangan Berproduksi Untuk Ayam Pedaging Jantan.
Umur
(minggu)
Berat Hidup
Konsumsi
Ransum
Seminggu
Konversi
Ransum
Per Akhir
Minggu
PBB
Mingguan*
Kg
1
0,13
0,08
0,14
-
2
0,28
0,15
0,21
1,50
3
0,49
0,21
0,36
1,69
4
0,75
0,23
0,48
1,84
Sumber: North, 1978.




Tabel 4. Beberapa Pegangan Berproduksi Untuk Ayam Pedaging Muda                            Jantan.
Umur
(minggu)
Berat Hidup
Konsumsi
Ransum
Seminggu
Konversi
Ransum
Per Akhir
Minggu
PBB
Mingguan*
Kg
1
0,05
0,31
0,58
1,91
2
0,42
0,37
0,76
2,04
3
0,80
0,38
0,84
2,22


4
2,19
0,39
0,92
2,38
Sumber: North, 1978.
Tabel 5. Beberapa Pegangan Berproduksi Untuk Ayam Pedaging Betina                           Masa Awal (Starter).
Umur
minggu
Berat Hidup
Konsumsi
Ransum
seminggu
Konversi
Ransum
Per Akhir
Minggu
PBB
Mingguan*
Kg
1
0,12
0,07
0,13
-
2
0,25
0,14
0,21
1,50
3
0,44
0,18
0,32
1,78
4
0,66
0,21
0,41
1,94
Sumber: North, 1978.
Tabl 6. Beberapa Pegangan Berproduksi Ayam Pedaging Muda Betina Masa      Akhir (Finisher).
Umur
(minggu)
Berat Hidup
Konsumsi
Ransum
Seminggu
Konversi
Ransum
Per Akhir
Minggu
PBB
Mingguan*
Kg
1
0,89
0,24
0,50
2,06
2
1,18
0,28
0,63
2,21
3
1,45
0,27
1,67
2,43
4
1,72
0,27
0,71
2,26
Sumber: North, 1978.



Tabel 7. Beberapa Pegangan Berproduksi Untuk Ayam Pedaging Muda,                           Campuran Antara Ayam Pedaging Jantan Dan Betina.
Umur
(minggu)
Berat Hidup
Konsumsi
Ransum
Seminggu
Konversi
Ransum
Per Akhir
Minggu
PBB
Mingguan*
Kg
1
0,13
0,08
0,14
-
2
0,27
0,14
0,21
1,52
3
0,46
0,20
0,34
1,72
4
0,70
0,24
0,45
1,90
5
0,97
0,27
0,53
1,97
6
1,30
0,37
0,69
2,11
7
1,63
0,33
0,76
2,31
8
1,96
0,33
0,83
2,53
Sumber: North, 1978
Catatan:
1.      Berat hidup per minggu ditimbang pada akhir minggu yang bersangkutan.
2.      Tanda * menunjukkan pretambahan berat badan (PBB) mingguan
3.      Untuk menghitung konsumsi harian, konsumsi minggu dibagi tujuh (1 minggu = 7)
Menurut Rasyaf (2008), Tabel 3, 4, 5, 6, dan 7 merupakan pegangan berproduksi yang bisa dijadikan sebagai tolok ukur. Cara menggunakannya adalah sebagai berikut:
a.       Pilih sistem pemeliharaan yang akan dilakukan. Namun, kebanyakan sistem yang digunakan di Indonesia adalah sistem campuran. Artinya, mulai dari anak ayam dipelihara hingga saatnya dijual, ayam jantan dan betina dicampur. Pemisahan ayam pedaging hanya dilakukan untuk tujuan penelitian, terutama pengukuran prestasi ayam pedaging yang berkaitan erat dengan  kelamin ayam, seperti pertumbuhan, konsumsi ransum, atau konversi ransum. Tolok ukur yang bisa digunakan sebagai pegangan untuk sistem ini adalah Tabel 7.
b.      Semua tolok ukur seperti konsumsi ransum, berat badan dan konversi raansum diukur. Hasil yang telah diukur kemudian dicatat dan dibandingkan dengan angka standar dari Tabel 7 (bila hanya jantan perbandingannya pada Tabel 3; bila hanya betina perbandingannya adalah Tabel 5).

c.       Untuk mengukur berat ayam perminggu, angka rata-rata berat hidup per akhir minggu hasil penimbangan dibandingkan dengan angka pada Tabel 7. Apabila angka rata-rata penimbangan dipeternakan untuk minggu pertama sebesar 0,11 kg per ekor dan setelah dibandingkan dengan  Tabel 7 untuk minggu yang sama tertera 0,13. Dengan demikian, lebih ringan 0,02 kg. Selisih angka perbandingan tesebut akan menjadi masalah yang serius bila berat yang dihasilkan pada peternakan jauh lebih rendah daripada berat standar. Hal ini menandakan ada sesuatu yang tidak beres pada peternakan tersebut.

d.      Oleh karena ransum ayam merupakan komponen biaya variabel yang terbesar dalam suatu usaha peternakan ayam, pakan ayam yang tidak diberikan secara tidak bebas. Peternak tidak menggunakan Tabel 3, 5, dan 7 sebagai pembanding, sepertihalnya pada berat badan. Namun langsung menggunakan angka konsumsi pada label ransum pada standar label sebagai pegangan jumlah pakan yang akan diberikan pada ayamnya. Oleh karena itu, bila pada sistem campuran konsumsi ransum minggu pertamanya antara jantan dan betina tertera 0,14 kg maka bila dibagi 7 hasilnya 0,02 kg per hari. Angka inilah yang kemudian diberikan. Memang, bila dibandingkan dengan ayam yang telah diberi pakan, jumlah pakan tersebut masih kurang. Namun, hal ini wajar dan sebaliknya tidak dituruti karena ayam pedaging memang temasuk unggas yang senang sekali makan. Bila keinginan ayam untuk makan selalu dituruti, biaya pembelian pakan akan semakin melambung dan tentu bisa membuat peternak mengaalami sedikit untung atau bahkan rugi.

e.       Pegangan untuk berproduksi yang kerap kali digunakan adalah konveersi ransum. Angka konversi ransum yang diperoleh dibandingkan dengan angka pada Tabel 6. Dari sini akan diketahui apakah hasil yang diperoleh lebih baik atau lebihburuk. Tentunya darisejumlah pakan yang diberikan kepada ayam dapat menghasilkan daging yang lebih banyak karena petanda pemeliharaan yang dilakukan berlangsung efisien.

2.5  Penanganan Kesehatan
Tidak diragukan lagi bahwa penyakit yang bisa mempengaruhi bobot badan ayam pedaging di umur 7 hari. Seperti misalnya bakteri salmonella yang dapat mengkontaminasi telur dan ayam pedaging sehingga menyebabkan  masalah kesehatan dan tingkat pertumbuhan yang lambat.



Selain itu ada beberapa virus yang berimplikasi terhadap outbreak penyakit dan mempengaruhi bobot badan serta tingkat keseragaman ayam pedaging. Banyak pula vaksin hidup yang digunakan, terutama virus pernafasan yang akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan. Toxin atau kandungan obat yang terdapat dalam pakan juga dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan ayam pedaging selama 1 minggu pertama. Bobot badan di minggu pertama sangat penting dan akan menjadi lebih penting untuk perkembangan dimasa yang akan mendatang karena ayam pedaging akan mengalami terus perubahan. Berarti bahwa setiap tahun, 1 minggu pertama pemeliharaan ayam pedaging merupakan persentase terbesar dari total pemeliharaan selama satu periode. Apabila penanganan dan manajemen di minggu pertama tidak ditangani dengan optimal, maka pencapaian diproduksi akhir juga tidak akan optimal. Langkah - langkah yang harus diambil yakni memperhatikan dengan cermat faktor - faktor tersebut dan langkah selanjutnya dapat merangkum langkah yang tepat terhadap faktor tersebut (Anonimous, 2008).
2.6  Manajemen Ayam Pedaging Secara Umum
a.      Seleksi
Seleksi biasanya dilakukan terhadap DOC yang akan dipelihara, hal tersebut dilakukan oleh perusahaan pembibitan sebelum DOC dikirim. Pelaksanaan pengafkiran dilakukan oleh peternak dengan cara menyingkirkan ternak yang sakit dan mengalami kelainan fisik seperti kerdil dan kaki bengkok. Pengafkiran dan pengontrolan kesehatan dilakukan pagi dan sore hari saat pemberian pakan. Apabila terdapat ayam pedaging yang terkena CRD, kerdil atau kakinya bengkok, maka segera dikeluarkan dari kandang.
Ayam pedaging yang kerdil atau relatif lebih kecil dibandingkan dengan yang lainnya, namun terkadang tidak dikeluarkan dari kandang apabila ayam tersebut tampak sehat dan aktif  maka sebaiknya mendapat perlakuan dalam pemberian pakan.

Culling dilakukan ketika ada ayam yang mengalami kelainan, ayam yang mengalami kelainan tersebut dikeluarkan dari populasi ayam yang sehat kemudian ditempatkan pada kandang khusus.  Hal ini bertujuan agar ayam yang sehat tidak terkena dampak dari kelainan ayam lain yang tidak sehat. Menurut Rohman dkk. (2000), kriteria untuk melakukan culling pada masa pertumbuhan adalah dengan melihat adanya tanda-tanda kelainan atau cacat yang diderita ayam secara fisik seperti mata satu, jari melengkung, atau tidak lengkap, paruh silang, ayam sudah tua, ayam mengidap penyakit dan lain-lain. Ditinjau dari segi ekonomi, pelaksanaan culling sangat menguntungkan peternak. Sebab makanan yang diberikan pada ayam akan benar-benar dimanfaatkan dengan baik untuk pertumbuhan maupun produksi. Sebab ayam yang sudah di bawah standar, diberikan pakan yang baik sekalipun belum tentu memberikan hasil baik.
Waktu pengamatan perilaku ayam merupakan salah satu faktor penting dalam pencapaian hasil terbaik. Bukan hanya dari segi pengamatan, namun tindakan yang diambil saat terjadi penyimpangan dari kondisi normalnya. Pengukuran persentase jumlah ayam pedaging yang telah mengonsumsi pakan akan membantu kita untuk menilai apakah manajemen telah berjalan dengan baik.
Untuk mengevaluasi hal ini, secara sederhana kita dapat meraba tambolok ayam tersebut dengan jari, tembolok yang penuh akan terasa berisi dengan pakan yang dikonsumsi, 8 - 10 jam setelah sampai di kandang, sekitar 87% dari total populasi ayam pedaging memiliki tembolok yang berisi, dalam + 24 jam seluruh ayam pedaging sudah memiliki tembolok yang berisi pakan.
BAB III
MATERI DAN METODE

3.1    Waktu Dan Lokasi
Kegiatan PKL ini dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2012 sampai pada tanggal 27 September 2012, di peternakan Bapak Simon Petrus Desa Ensalang kec. Sekadau Hilir kab. Sekadau Prov. Kalimantan Barat.
3.2    Khalayak Sasaran
            Sasaran dalam pelaksanaan PKL ini adalah Peternakan Ayam Pedaging Usaha perseorangan milik Bapak Simon Petrus, yang berada di Desa Ensalang Kec. Sekadau Hilir Kab. Sekadau Prov. Kalimantan Barat.
3.3    Materi PKL
            Materi PKL ini adalah tata laksana pemeliharaan ayam pedaging dari awal sampai masa panen yang berjumlah 3700 ekor yang mencakup bibit, perkandangan, pemberian pakan dan minum, penanganan kesehatan ternak, seleksi dan afkir, serta penanganan produksi dan pemasaran.
3.4    Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan PKL yang dilakukan di peternakan milik Bapak Simon Petrus, yakni sebagai berikut:
1.      Pelaksanaan PKL dilakukan dengan ikut terlibat langsung dan aktif terhadap kegiatan yang berhubungan dengan tata laksana pemeliharaan ayam pedaging dari pembibitan sampai panen.
2.      Untuk menunjang penulisan laporan PKL dilakukan pengumpulan data dengan cara pengamatan dan pengumpulan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tata laksana pemeliharaan ayam pedaging dari awal sampai panen.



3.      Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari wawancara dan observasi pencatatan di lapangan, sedangkan data sekunder berasal dari informasi sumber - sumber yang berkaitan dengan pemeliharaan ayam pedaging. Data yang diambil diantaranya adalah:
-         Keadaan umum peternakan ayam pedaging.
-         Pengadaan bibit.
-         Perkandangan, luas area kandang, kapasitas kandang, lokasi dan peralatan yang digunakan sehari-hari.
-         Pemberian pakan dan minum.
-         Penanganan kesehatan ternak, vaksinasi, seleksi dan culling.
-         Perlakuan saat panen dan pemasaran.

3.5    Analisis Hasil Kegiatan PKL
Hasil PKL ini akan  di analisis menggunakan analisis deskriptif. Metode deskriptip berarti membuat gambaran terhadap fenomena, menerangkan hubungan, mendapatkan makna dan implikasi suatu masalah yang ingin dipecahkan (Nazir, 1999).



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Lokasi Dan Waktu Pelaksanaan
            Peternakan milik Bapak Simon Petrus dengan sistem kemitraan dengan perusahaan mitra adalah P.T Charoen Pokphand Jaya Farm. Lokasi peternakan berada di desa Ensalang Kecamatan Sekadau Hilir, dengan populasi ternak 3700 ekor. Peternakan Bapak Simon Petrus ini sendiri didirikan pada tahun 2009 yang telah menjalani pemeliharaan ayam pedaging selama 3 periode, yang berlokasi di Desa Ensalang Kecamatan Sekadau Hilir, Kabupaten Sekadau Provinsi Kalimantan Barat.
Menurut Wiharto (1997) suhu 25ºC sesuai untuk pertumbuhan yang maksimal. Namun dalam kenyataan pertumbuhan ayam pedaging dapat maksimal walau suhu 30ºC seperti di Indonedia.
Sedangkan untuk di daerah tropis seperti di Kalimantan Barat sendiri dengan suhu yang ektrem, berkisar antara 26 – 37ºC hal ini dipengaruhi letak geografis Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat pulau Kalimantan atau di antara garis 3º20'LS-2º30'LU107º 40' - 114º 30' BT pada peta bumi. Berdasarkan letak geografis yang spesifik ini maka, daerah Kalimantan Barat tepat dilalui oleh garis Khatulistiwa (garis lintang 0º) tepatnya di atas Kota Pontianak. Karena pengaruh letak geografis ini pula, maka Kalimantan Barat adalah salah satu daerah tropik dengan suhu udara cukup tinggi serta diiringi kelembaban yang tinggi, yang menyebabkan suhu di Kalimantan Barat terasa panas saat siang hari, (Agusmincom, 2009).
Menurut Sunarti dan Yuwono (1997) yang  menerangkan syarat lokasi kandang untuk ayam pedaging yakni :
a.       Lahan yang akan dipakai memang dialokasikan untuk lahan peternakan (secara administratif dapat di peroleh informasinya dari pemda setempat)
b.      Lahan tersedia dengan harga terjangkau dan sesuai dengan perhitungan tingkat keuntungan dan modal yang tersedia.
c.       Jauh dari keramaian tetapi masih terjangkau oleh jalur transpotasi.
d.      Sebaiknya berjarak minimal 250 m dari peternakan lain serta 1 km dari peternakan bibit ayam.
e.       Sedapat munkin jauh dari pemukiman penduduk.
f.        Dekat dengan jalur listrik untuk menjamin penerangan lingkungan kandang maupun pemakaian alat-alat yang menggunakan listrik.
g.       Dekat dengan konsumen.
h.       Lahan cukup luas untuk membangun segala fasilitas serta kemungkinan pengembangannya.

4.2     Sistem Pemeliharaan
            Sistem pemeliharaan yang dilakukan pada peternakan ini adalah system all in all out, menurut Indarto, dkk, system all in all out artinya adalah sekelompok unggas yang sama umurnya dipelihara dalam waktu yang sama pula, sistem ini digunakan karena pemeliharaan yang singkat, yaitu sekitar 30 hari.
Sedangkan lama pemeliharaan atau produksi broiler Bapak Simon Petrus ini berkisar 30 – 45 hari.
            Antara periode pertama dengan berikutnya dilakukan istirahat kandang selama dua minggu, untuk dilakukan pembersihan kandang dan suci hama pada kandang dan peralatannya, serta persiapan kandang untuk produksi selanjutnya.
            Kebutuhan air untuk produksi dipenuhi dari air kolam yang kemudian ditampung pada drum air dengan kapasitas 6000 liter, dimana pendistribusiannya dibantu dengan pompa listrik. Kebutuhan penerangan kandang pada malam hari dan pendistribusian air, dapat terpenuhi karena lokasi kandang telah terdapat sambungan PLN.

4.3    Bibit
            Strain ayam pedaging yang dipelihara saat pelaksanaan PKL sampai sekarang yakni strain CP 707 dengan bobot DOC 37 gram dengan bulu dan kulit kaki berwarna kuning. Pada saat broiler ini dewasa, warna bulu akan berubah menjadi putih. Bibit yang diperoleh dari breeding farm yakni : PT. Charoen Pokphan Jaya Farm dan di distribusikan oleh PT. Charoen Pokhpand Jaya Farm sebagai mitra peternakan Bapak Simon Petrus, hal ini dilakukan agar kebutuhan sebanyak 3700 ekor dapat terpenuhi untuk setiap satu periode. DOC yang dibeli yakni strain ayam pedaging CP 707 yang dipilih berdasarkan daya tahan terhadap penyakit, pertumbuhan yang sangat cepat, dan mampu mencapai bobot badan yang tinggi dalam 30 - 45 hari.




4.4    Perkandangan
            Sebelum dilakukan pemeliharaan untuk periode berikutnya, pada peternakan ini dilaksanakan tahapan yang berkaitam dengan hal – hal tentang persiapan kandang. Hal – hal yang menyangkut persiapan kandang tersebut, antara lain :
a.       Pembersihan kandang dengan menggunakan desinfektan yakni dengan menggunakan larutan formalin.
b.      Pembersihan terhadap peralatan kandang.
c.       Penataan terhadap peralatan kandang.

            Pembersihan kandang dan peralatan kandang dilaksanakan pada saat kandang dalam keadaan masa istirahat. Untuk penataan dan persiapan peralatan kandang dilaksanakan tiga hari sebelum DOC datang. Rasyaf (1995) menjelaskan bahwa kandang anak ayam dibersihkan dengan menggunakan desinfektan yang dicampur dengan air bersih, kemudian dibiarkan beberapa saat dan tidak boleh dimasuki oleh sembarang orang. Semua peralatan, termasuk indukan, wadah pakan dan wadah minum disterilkan. Setelah perlakuan sterilisasi dilakukan selesai tahapan selanjutnya menyusun tata letak peralatan kandang.

4.4.1.    Kandang
            Pada peternakan milik Bapak Simon Petrus, jenis kandang yang digunakan untuk pembibitan ayam pedaging adalah jenis kandang panggung. Alas kandag  yang terbuat dari bilah – bilah kayu/reng, yang dipasang dengan jarak 2 – 3 cm.
            Adapun tujuan dari pemberian jarak terbut yakni guna mempermudah proses pembuangan kotoran ternak yang langsung jatuh ke tanah. Dinding kandang terbuat dari bilah - bilah kayu yang diberi jarak + 10 – 12 cm, yang kemudian pada bagian luar kandang ditutup dengan terpal yang dapat dikontrol guna menjaga sirkulasi udara tetap terjaga. Atap kandang bertipe monitor yang umumnya dipakai pada kandang luas dan tertutup serta atap kandang terbuat dari bahan seng (corrugated iron), fluktuasi cukup luas, hal ini sesuai dengan pernyataan menurut Wiharto (2009).
            Kandang pada peternakan ini membujur dari arah timur ke barat, sehingga mendapat pencahayaan sinar matahari pada pagi hari dalam jumlah yang cukup. Selain itu, disekitar kandang terdapat pepohonan yang menaungi dan juga terdapat areal persawahan yang berjarak tidak terlalu jauh dari letak perkandangan yang dapat menstabilkan kandang dari hembusan angin yang terlalu keras dan memberikan kesejukan udara di sekitar kandang.
            Jumlah kandang yang ada di peternakan milik Bapak Simon Petrus memiliki dua buah kandang ayam pedaging yang berukuran sama, yakni panjang kandang 80 m² dan lebar kandang 8 m², sehingga luas kandang masing – masing adalah 640 m² pada luas kandang di isi 3700 ekor, jadi kapasitas kandang 7 ekor per m². Hal ini sesuai dengan pernyataan Supriyatna (2005), yang menyatakan bahwa kapasitas kandang tidak boleh terlalu padat untuk mengurangi cekaman dan laju pertumbuhan yang lambat dan populasi yang rendah menyebabkan efisiensi penggunaan kandang rendah.



Tabel   8. Pengaruh Kepadatan Ruang Terhadap Berat Badan Dan                                                  Mortalitas Ayam Broiler.
Kepadtan Ruang
(Ekor/m²)
Rata-Rata Berat
Badan Ayam (kg)
Mortalitas
(%)
9
1,87
2,1
8
1,86
2,3
7
1,84
2,6
6
1,82
3,0
5
1,79
3,6
4
1,75
4,5
3
1,70
5,8
Disederhanakan dari North (1978).
            Selain bangunan kandang juga terdapat sebuah bangunan gudang kecil yang berjarak tidak terlalu jauh dari kandang, yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan pakan dan peralatan kandang yang sudah dibersihkan, dan juga di sekitar kandang dibuat parit kecil guna mengaliri air agar kandang tidak tergenang saat hujan tiba. Kemudian juga terdapat sebuah bangunan yang berfungsi untuk tempat penyimpanan kotoran ternak yang sudah di masukkan kedalam karung plastik yang nantinya sudah siap diambil para pembeli untuk di jadikan sebagai pupuk tanaman buah – buahan dan tanaman sayuran.
1.    Peralatan dan perlengkapan kandang
            Perlengkapan kandang yang terdapat pada peternakan milik Bapak Simon Petrus meliputi wadah pakan, wadah minum otomatis, brooder (indukan) dan peralatan menunjang seperti tabung LPG 50 kg, dua buah selang air, ember, sapu, serta lampu penerangan.
            Wadah pakan yang digunakan ada dua macam, yakni wadah pakan jenis feeder tray untuk DOC dan wadah pakan gantung untuk grower serta finisher. Jumlah dan peggunaan wadah pakan ini disesuaikan dengan umur ayam yang dipelihara, dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Macam Wadah Pakan Dalam Kandang Saat Pelaksanaan PKL
Umur Ayam (hari)
Macam Wadah Pakan
Jumlah Wadah Pakan/ekor
Cara Penempatan
1 – 12
Wadah Pakan feeder tray
192 buah/4500 ekor
12 unit DOC per sket
Diletakan di lantai kandang
13 – 35
Wadah Pakan Gantung
192 buah/4500 ekor
24 buah/4500 ekor
Digantung di tali penggantung

            Wadah minum yang digunakan pada peternakan ini adalah wadah minum gantung. Jumlah dan cara penempatan tempat minum disesuaikan dengan umur ayam yang dipelihara, dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Macam Wadah Minum Dalam Kandang Saat Pelaksaan PKL
Umur Ayam (hari)
Jumlah / ekor
Cara Pemakaian
1 – 12 hari
10 buah/4500 ekor
Diletakan di lantai dengan alas potongan papan persegi empat
13 – 35 hari
20 buah/4500 ekor
80 buah/4500 ekor
Digantung 25 % di tali penggantung

            Untuk brooder atau indukkan sendiri pada peternakan milik Bapak Simon Petrus ini menggunakan brooder persegi empat yang di sediakan oleh pihak mitra. Sedangkan untuk cara pemakaian brooder dengan menggunakan bahan bakar LPG yang berukuran 50 kg dilakukan sampai ayam berumur empatbelas hari (dua minggu). Brooder biasanya dinyalakan mulai pukul 15.00 sampai pukul 08.30 WIB.



Untuk cara pemakaian brooder sebagai berikut :
a.       Umur 1 – 5 hari : tinggi brooder 100 cm dengan posisi digantung sedikit ketengah agak ketepi.
b.      Umur 6 – 12 hari : tinggi brooder 100 cm dengan posisi digantung ketepi sedikit ketengah.

Sedangkan tirai yang digunakan untuk menutupi bagian luar kandang pada peternakan milik Bapak Simon Petrus terbuat dari plastik (terpal), pemakaian tirai sebagai berikut :
a.       Umur 1 – 5 hari     : tirai masih belum dibuka
b.      Umur 6 – 14 hari : tirai dibuka dan ditutup sesuai dengan kebutuhan
c.       Umur 15 hari         : tirai dibuka penuh mulai pukul 08.00 – pukul 15.00 WIB atau sesuai dengan kebutuhan.

4.5    Pemberian Pakan Dan Minum
Pakan yang diberikan secara tak terbatas atau ad libitum. Pakan yang diberikan di produksi PT. Charoen Pokhpand Jaya Farm dengan ketentuan berdasarkan umur broiler :
a.       Umur 1 – 10 hari, ransum lengkap BR I
b.      Umur 11 – 21 hari, lansum lengkap BR I
c.       Umur 22 sampai dijual, ransum lengkap BR II



Adapun kandungan zat pakan ransum lengkap BR I, dan BRII dapat dilihat sebagai berikut :
a)      Kandungan zat pakan ransum lengkap BR I diberikan pada ayam pedaging umur 1 – 7 hari atau 10 hari sampai ayam berumur 11 – 21 hari, dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Kandungan Zat Pada Pakan Ransum Lengkap BR I
Komplit Butiran Masa Awal Anak Ayam Pedaging
Kadar air
Max
13.0 %
Protein

21.0 – 23.0 %
Lemak
Min
5.0 %
Serat
Max
5.0 %
Abu
Max
7.0 %
Calcium
Min
0.90 %
Phosphor
Min
0.60 %

Bahan – bahan yang di pakai antara lain : Jagung, Dedak, Tepung Ikan, Bungkil Kedelai, Bungkil Kedelai, Bungkil Kelapa, Tepung Daging, Tepung Tulang, Pecahan Gandum, Bungkil Kacang Tanah, Canola, Tepung Daun, Vitamin, Calcium, Fosfat, dan Trace Mineral.
b)      Kandungan zat pakan ransum lengkap BR II diberikan pada ayam pedaging pada saat ber umur 22 hari sampai dijual, dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 12. Kandungan Zat Pada Pakan Ransum lengkap BR II.
Komplit Butiran Masa Akhir Anak Ayam Pedaging
Kadar air
Max
13.0 %
Protein

19.0 – 21.0 %
Lemak
Min
5.0 %
Serat
Max
5.0 %
Abu
Max
7.0 %
Calcium
Min
0.90 %
Phosphor
Min
0.60 %

            Bahan – bahan yang dipakai antara lain : Jagung, Dedak, Tepung Ikan, Bungkil Kedelai, Bungkil Kelapa, Tepung Daging dan Tulang, Pecahan Gandum, Bungkil Kacang Tanah, Tepung Daun, Canola, Vitamin, Calsium, Fosfat dan Trace Mineral.
Menurut Supriyatna (2005) ayam pedaging mengonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhan energi bagi kelansungannya proses – proses biologi dalam pertubuhan secara normal, sehingga proses pertumbuhan dan produksi dapat berjalan dengan optimal.
Pemberian pakan yang efisien harus memperhatikan kandungan energi dan kandungan zat – zat makanan sesuai dengan kebutuhan atau tujuan usaha peternakan.
Pemberian pakan oleh pekerja yang ada dipeternakan milik Bapak Simon Petrus ini dilakukan tiga kali sehari, yakni pukul 07.00 – 08.00 kemudian 12.00 – 13.00 dan 16.00 – 17.00 WIB.
Dengan pemberian pakan secara ad libitum, dapat dicapai konversi pakan dan pertambahan bobot badan yang diinginkan. Untuk pemberian pakan per ekor per periode di peroleh konversi pakan 1,8 dan efisiensi pakan 0,6 %.
Air minum yang diberikan secara tak terbatas berasal dari kolam dikhususkan yang telah ditampung pada drum air dengan kapasitas 6000 liter. Sementara pembersihan wadah minum dilakukan setiap dua hari sekali untuk umur (finisher), guna menjaga wadah minum tetap bersih dari kotoran sisa pakan ternak yang menempel pada paruh broiler, kemudian sisa air minum dibuang. Untuk pemberian vitamin dan antibiotik dilarutkan kedalam air minum.
4.6    Penanganan Kesehatan Ternak
Dalam upaya menjaga kesehatan ayam pedaging yang dipelihara, maka diperlukan sanitasi kandang dan peralatannya, vaksinasi secara teratur, serta perlakuan penunjang kesehatan ayam.
Sanitasi dilakukan setelah masa panen dan masa sebelum pemeliharaan berikutnya (saat istirahat kandang selama dua minggu), antara lain dengan membersihkan kandang dan melakukan penyaputan air kapur pada kandang.
            Pembersihan kandang dilakukan sehari setelah panen, yaitu dengan membersihkan sisa liter yang ada dalam kandang, selain itu dilakukan pula pembersihan dinding dan atap kandang. Setelah keadaan dalam kandang bersih, kemudian baru dilakukan penyaputan seluruh bagian kandang dengan air kapur.
            Tirai plastik, wadah pakan, dan wadah minum dicuci dengan menggunakan air kolam yang telah melalui proses penampungan pada drum air dicampur dengan desinfektan, segera setelah masa panen.
Wadah yang telah bersih kemudian dikeringkan, dan disimpan ke tempat penyimpanan peralatan kandang guna menghindari terkontaminasi.
            Program pencegahan penyakit untuk ayam pedaging di peternakan milik Bapak Simon Petrus, meliputi :
1)        Vaksinasi
Vaksinasi yang digunakan pada peternakan ini adalah ND Emultion, ND Colone, ND La Sota, Gumboro. Vaksinasi ND dilakukan sebanyak tiga kali selama pemeliharaan.
            Vaksinasi ND yang pertama dilakukan pertama pada DOC dengan cara spray. Vaksinasi Gumboro dilakukan satu minggu setelah vaksinasi ND I, yaitu melalui air minum.
            Vaksinasi ND II dilakukan pada umur delapan belas hari dan vaksinasi ND III pada umur dua puluh enam hari, melalui air minum.
Vaksinasi I melalui penyemprotan dan mealui air minum menggunakan ND La Sota. Untuk vaksinasi 1000 dosis dengan 30 ml pelarut yaitu susu skim. Cara pemakaian dengan penambahan pelarut sampai setengah botol, ditutup kembali dan dikocok hingga homogen.
Vaksinasi dilakukan pada pagi hari, satu jam broiler sebelumnya dipuasakan. Program pemberian vaksin seluruhnya dapat dilihat pada tabel 13.
Tabel 13. Program Pemberian Vaksinasi Pada Saat PKL
Umur (hari)
Nama vaksin
Cara Pemberian
4
ND La Sota
Air minum
14
IBD
Air minum
18
ND Colone
Air minum
26
ND Emultion
Air minum
27
ND Emultion
Air minum

Pelaksanaan pemberian vaksinasi pada peternakan ini sesuai dengan pernyataan Fadillah (2007) yaitu program vaksinasi meliputi beberapa hal sebagai berikut :



1.    Tipe vaksin
a.    Vaksin virus hidup
b.    Vaksin yang dilemahkan
c.    Vaksin yang dimatikan

2.    Cara pelaksanaan vaksinasi
a.    Tetes mata
b.    Tetes hidung
c.    Melalui mulut
d.    Suntik daging
e.    Suntik bawah kulit
f.      Melalui air minum
g.    Semprot atau spray
h.    Tusuk jarum
i.      Melalui pakan

3.    Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan ketika melaksanakan vaksinasi
a.    Kondisi umur broiler
b.    Jadwal kegiatan vaksinasi
c.    Laporan kegiatan vaksinasi




4.    Menghindari faktor yang bisa mematikan vaksin.
Walaupun sudah melaksanakan program vaksinasi sesuai syarat yang ditetapkan, peternak mengalami kegagalan panen karena banyak ayam pedaging terserang ND. Hal ini dikarenakan kelalaian dalam perlakuan vaksinasi, salah satunya adalah membuang botol vaksin virus hidup secara sembarangan di sekitar lokasi kandang.

2)   Pemberian Vitamin dan Antibiotik
            Perlakuan penunjang kesehatan ayam pedaging ini meliputi pemberian vitamin dan antibiotik yang ditambahkan kedalam air minum, serta perawatan pada kandang diharapkan sanitasi yang terjaga dengan baik.
Vitamin yang digunakan pada peternakan milik Bapak Simon Petrus ini adalah: Vita Chicks, Vita Stress, Therapy, Broiler Vita. Sedangkan antibiotika yang digunakan adalah palmotil. Program pemberian vitamin dan antibiotika serta cara pemberiannya dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Program Pemberian Vitamin dan Antibiotika
Umur (hari)
Nama Vitamin atau Antibiotika
Cara Pemberian
S air (liter)
1-3
Vita Chicks *Ã…
1 gr Vita Chicks/lt air
60
3-5
Vita Stress Ã…
1 gr Vita Stress/lt air
100
6-9
Palmotil Ã…
1 ml Palmotil/2 lt air
120
12-16
Broiler Vita *
1 gr Broiler Vita/lt air
100
28-32
Therapy
1 gr Therapy/lt air

120
Ã… Antibiotik                  * Vitamin



4.7    Afkir
Dalam upaya menjaga kualitas ayam pedaging yang dihasilkan, maka dilakukan program seleksi dan afkir pada peternakan ini. Seleksi biasanya dilakukan terhadap DOC yang akan dipelihara, hal tersebut dilakukan oleh perusahaan pembibitan sebelum DOC dikirim. Pelaksanaan pengafkiran dilakukan oleh peternak dengan cara menyingkirkan ternak yang sakit dan mengalami kelainan fisik seperti kerdil dan kaki bengkok. Pengafkiran dan pengontrolan kesehatan dilakukan pagi dan sore hari saat pemberian pakan. Apabila terdapat ayam pedaging yang terkena CRD, kerdil atau kakinya bengkok, maka segera dikeluarkan dari kandang. Ayam pedaging yang kerdil atau relatif lebih kecil dibandingkan dengan yang lainnya, namun terkadang tidak dikeluarkan dari kandang apabila ayam tersebut tampak sehat dan aktif  maka sebaiknya mendapat perlakuan dalam pemberian pakan. Pelaksanaan afkir selain dilakukan setiap hari juga dilakukan saat vaksinasi dan panen.
Sedangkan tingkat kematian selama per periode adalah 10 % dan kondisi tetentu angka kematian tersebut dapat meningkat atau menurun sesuai dengan kondisi dan ketahanan ayam pedaging tersebut terhadap perubahan suhu dan penyakit. Maka dalam peternakan ini dilakukan seleksi dan culling secara teratur untuk menanggulangi tingkat kematian dan penyebaran penyakit lebih meluas lagi yang disebabkan gejala ND.




4.8    Penanaganan Produksi dan Pemasaran
Pemanenan yang dilakukan pada peternakan ayam pedaging milik Bapak Simon Petrus ini dilakukan dini hari dan sore hari, pada saat ayam pedaging berumur 45 hari dengan bobot badan 2 – 2,5 kg. 4 jam sebelum dipanen, dilakukan pemuasaan terlebih dahulu, apabila ayam pedaging tidak jadi dipanen pada hari itu maka sore hari ayam pedaging diberi pakan dalam jumlah terbatas. Pada saat panen ayam pedaging dikumpulkan setiap 25 pada tempat khusus, kemudian ditimbang. Setelah ditimbang ayam pedaging di letakkan pada kotak – kotak yang telah disiapkan oleh pembeli untuk diangkut dengan mobil. Jumlah ternak yang dipanen pada periode ini, didapati kisaran 14 ton dengan angka kematian ternak berjumlah 200 ekor atau 0,05% dari 3700 populasi ternak ayam pedaging mulai dari saat pemeliharaan bibit sampai panen.
            Pemasaran ayam pedaging yang dipanen dilakukan oleh pembeli yang telah ditentukan oleh pihak mitra. Sedangkan untuk harga per kg ayam pedaging hidup sesuai dengan harga kontrak yakni berkisar antara Rp. 23.000 – 26.000/kg/ekor.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1         Kesimpulan
Kesimpulan dari pelaksanaan PKL yang dilakukan untuk mempelajari manajemen pemeliharaan ayam pedaging di lokasi peternakan Bapak Simon Petrus tersebut adalah: Lokasi peternakan strategis dan telah memenuhi syarat, sistem usaha yang dilakukan adalah sistem usaha kemitraan sehingga pengadaan bibit yaitu strain CP 707 disediakan oleh pihak kemitraan. Pelaksanaan perkandangan secara umum dapat dikatakan cukup memenuhi standar dan arah pembangunan kandang. Peralatan kandang sudah memenuhi kriteria pengadaan peralatan kandang yang secara periodik selalu dijaga kebersihannya. Pelaksanaan vaksinasi dilakukan secara teratur namun penanganan pasca vaksinasi belum dilakukan dengan baik yang menyebabkan kegagalan vaksin, masih terdapat ayam pedaging yang terserang gejala ND. Pemanenan ternak ayam pedaging dilakukan pada umur 30 – 45 hari, yang dilakukan sendiri oleh perusahaan mitra pada dini hari dan sore hari dengan bobot badan yang mencapai 2 – 2,5 kg dengan harga Rp. 23.000 – Rp. 26.000/kg/ekor. Jumlah ternak yang dipanen pada periode ini didapati kisaran 14 ton dengan angka kematian ternak sejumlah 200 ekor atau 0,05% dari keseluruhan populasi pada saat awal pemeliharaan sampai panen.
5.2    Saran
Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan dan dari kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan bagi peternak dalam pengelolaan peternakan ayam pedagingnya adalah sebagai berikut :
Agar kematian dan kegagalan dalam beternak ayam pedaging dapat ditekan, maka penanganan pasca vaksinasi perlu diperhatikan. Perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk penanganan DOC yang baik,. perlunya sanitasi kandang yang baik guna meminimalisir kegagalan dalam pemeliharaan ayam pedaging pada waktu pasca panen. Membuat recording pemberian Vaksin, membuat recording panen, dan recording penangannan kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

AAK.1986, Beternak Ayam Pedaging, Kanisius. Yogyakarta.

Abidin Z., 2002, Meningkatkan Ayam Ras Pedaging, Agro Media Pustaka.             Jakarta.

Agusmincom., 2009, Letak Wilayah dan Keadaan Umum KalBar             http://infokalimantan.wordpress.com/2009/06/05/letak-wilaya-kalbar/, diakses 17 April 2013.

Anonimous, 2007. Budidaya Ayam Ras Pedaging, http://mail-archive.com diakses      tanggal 26 April 2013.

Anonimous, 013. Budidaya Ayam Pedaging (Broiler),            http://teknisbudidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-ayampedaging- broiler.html, di akses 07 mei 2013.


Anonimous, 2003, menelusuri jejak Strain - strain Ayam Ras Terpilih           http://www.poultryindonesia.com diakses 02 Mei 2013.


Anonimous, 2008. Manajemen Broiler Minggu Pertama.http://www.cjfeed.co.id./     index.php?=com_&task=view&id=82&Itemid=101, diakses 02 Mei         2013.


Anonimous, 2013. Manual Manajemen Broiler CP 707,         http://broilerku.blogspot.com/search/label/AIR%20MINUM,diakses      tanggal 10 mei 2013.


Fadillah, Roni., 2007, Panduan Beternak Broiler. Agro Media Pustaka.        Jakarta.

Wiharto, Muharlien, dkk., 1990. Manajemen Ternak Unggas. NUFFIC         UNIBRAW. Malang.

Nazir, M., 1999, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia. Jakarta.

Price,C.J., 1978. Poultry Husbandry II, United Nation Development.

Rasyaf, M., 1995. Manajemen Peternakan Ayam Broiler, Penebar Swadaya.            Jakarta.

Rasyaf, M., 2007. Beternak Ayam Pedaging, Edisi Revisi XXVII. Penebar     Swadaya. Jakarta.

Rasyaf, M., 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya.    Jakarta.

Sunarti, D dan yuwono, L.E.P., 1997. Manajemen Kandang Ayam Ras. PT   Trubus Agri Widaya. Ungaran.

Supriyatna, Edjeng., 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya.    Jakarta.

Utun, T., 2012. Teknis Pemeliharaan dan Kebutuhan Ayam Pedaging             (Broiler).http://bertaniternak.blogspot.de/2012/03/teknispemeliharaan   -dan-kebutuhan-pakan.html, diakses 07 mei 2013.

Widyastuti, Y.E., 2000. Usaha Tani Ternak dan Tanaman. Penebar Swadaya.          Jakarta.

Wiharto, 1997. Kandang Unggas, Fakultas Peternakan, UNIBRAW. Malang.

Rohman, dkk.  2000.  Budidaya Ternak Potensial.  Penebar Swadaya:  Jakarta.



Lampiran 1. Kegiatan PKL Pada Peternakan Milik Bapak Simon Petrus

Lampiran 2. Tampak Ayam Pedaging Berumur 2 Hari

Lampiran 3. Pemasangan Indukan Ayam Pedaging (brooder)

Lampiran 4. Pemasangan Wadah Pakan Gantung



Lampiran 5. Sanitasi Kandang.

Lampiran 6. Kegiatan Panen Yang Dilakukan Tenaga kerja

Lampiran 7. Penimbangan

Lampiraan 7. Penyimpanan Ayam Pedaging ke Transportasi Pengangkutan

  

Silahkan Berikan Penilaian Anda Tentang Blog Saya Ini